Tuhan tak pernah salah. Setan tak pernah benar. Manusia bisa benar, bisa salah. Karena memang manusia tidak sempurna, dan kesempurnaan hanya milik Tuhan. Pernahkah anda bayangkan apabila semua manusia seperti setan perilakunya. Tipu sana tipu sini, bunuh sana bunuh sini, korupsi dimana-mana, tidak ada satupun manusia yang bisa dipercaya. Apakah pada kondisi semua kayak setan maka instrumen hukum termasuk aparatnya bisa bekerja? Tentu jawabannya adalah tidak, karena yang menjalankan instrumen dan penegakan hukum juga sudah berperilaku seperti setan, maka pasti tidak mungkin ada kepercayaan dari manusia bahwa hukum akan ditegakkan dengan adil, mungkin bisa dikatakan keadilan pun sudah lenyap dari muka bumi ini. Pada kondisi ini semua manusia mungkin stress, karena satu sama lain saling "menjatuhkan", tidak ada kebenaran. Setan saja hanya menggelincirkan manusia bukan sesama setan.
Kita dihadirkan Tuhan di bumi dengan rencana-Nya yang sempurnya melalui kedua orang tua kita. Anda dan saya hadir di bumi bukan kebetulan. Kita hadir dalam dunia nyata dalam rencana dan kehendak Tuhan. Karena itu gunakan waktu dan hidup ini untuk sesama dan untuk kebenaran, keadilan, kasih, kedamaian, pengharapan.
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yeremia 1:5).
Kita sudah dikenal, sudah diurapi, dikuduskan dan sudah ditetapkan supaya hidup ini berguna untuk membuka mulut dan mengatakan yang benar.
“Bukalah mulutmu, untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana. Ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka” (Amsal 31:8-9). Hal ini Demi orang banyak bukan untuk keluarga dan kepentingan pribadi.
Kita sudah dikenal, sudah dikususkan dan sudah ditetapkan Tuhan untuk hadir menghapus air mata orang-orang lemah dan yang ditindas. Anda saya diminta pikul salib penderitaan di Kalvari/Golgota untuk memberikan pengharapan dan sukacita bagi yang menangis. Berdiri tegak dan bersuara untuk bangsamu dan rakyatmu. Anda tidak sendirian, Anda bersama Tuhan jika Anda berbicara yang benar. Karena ilmu pengetahuan itu kita tidak terima selagi kami di studi namun talenta Tuhan yang tidak dapat dirubah oleh ilmu atau pendidikan kecuali Tuhan.
“Air mata orang-orang yang tertindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di pihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan” (Pengkhotbah 4:1).
Semua penyataan firman Tuhan diatas ini sedang terjadi ditanah kita. Kita tidak bisa lari dari kenyataan yang sebenarnya terjadi di mata kita. Namun kita dibungkam dengan segala macam ancaman bahkan intimidasi yang dialami oleh senior-senior atau putra-putri terbaik Papua untuk menyuarakan kebenaran yang terjadi di tanah Papua. Kekuasaan begitu besar di negeri ini berusaha dengan sekuat tenaga membungkam mulut untuk menyampaikan kebenaran dan fakta yang terjadi di bumi cendrawasih ini. Namun saya yakin dan percaya bahwa, hari ini kebenaran itu mudah disalahkan Dimata orang tapi tidak akan pernah kalah. Karena memang kebenaran itu tidak bisa disembunyikan dimana saja di bumi ini.
Dengan harapan mari kita anak muda Papua jangan takut untuk menulis tentang kebenaran ditanah ini. Kita tidak harus memegang senjata dan bergerilya di hutan untuk melakukan perjuangan. Tapi mari kita lakukan dengan memanfaatkan skill dan keterampilan yang Tuhan kasih dan hikmat yang ada pada kita, kita gunakan dan bekerja dalam memperjuangkan kepentingan umum di tanah ini sesuai dengan jurusan kita masing- masing.
Banyak pemimpin kita ditanah ini memperjuangkan kebenaran sejati di negeri yang indah ini. Ada banyak namun dua tokoh agama berpengaruh di Papua seperti Bpk.Dr. Socrates Sofyan Yoman, Bapak Dr. Benny Giay dan putra -putri terbaik Papua yang berusaha dengan keras menjelaskan ke penguasa dengan cara mereka yaitu hikmat dan intelektual yang mereka miliki untuk berbicara kebenaran tentang kejadian dan fakta-fakta yang terjadi.
“ Hidup manusia berarti seketika kita berjuang untuk kebenaran”. Nelly Yoman. Penulis adalah sekjen Forum Peduli Puncak Jaya (FPPJ).